Fokus
   Orang Indonesia di Balik Temuan Planet Alien
             Para astronom temukan planet baru. Membuka jalan bagi ilmuwan. Dipimpin astronom Indonesia
             Jum'at, 19 November 2010, 21:54 WIB
 Astronom RI, Johny Setiawan (lipi.go.id)
BERITA TERKAIT
VIVAnews –Ini temuan terkini dalam dunia  astronomi. Sebuah planet baru. Ditemukan oleh Max Planck Institut fur  Astronomie (MPIA) di Jerman. Diberi nama Planet HIP 13044b, sebab dia  mengelilingi HIP 13044, sebuah bintang tua yang sudah sekarat. Temuan  baru ini dilansir Kamis, 18 November 2010. Dipublikasikan secara luas ke  seluruh dunia hari ini.
 Kisah tentang angkasa luar, temuan planet, dan sebagainya kerap kali  membuat kita kagum. Kadang juga bingung. Sebab istilah dan kodenya  begitu banyak. Agar cerita tentang planet baru itu mudah dipahami, ada  baiknya kita buka kembali cerita para guru soal jagat raya ini.
 Semenjak di bangku sekolah kita diajari bahwa dalam jagat raya ini  terdapat sejumlah galaksi. Salah satunya adalah Milky Way, yang oleh  kita lebih dikenal dengan sebutan Galaksi Bima Sakti. Dalam Bima Sakti  itulah bumi yang kita huni ini dan sejumlah planet lain menetap.
 Di luar itu masih banyak galaksi lain. Salah satunya adalah sebuah  galaksi mini. Planet-planet di galaksi mini mengitari sebuah bintang  induk bernama HIP 13044. Para ahli menghitung bahwa galaksi mini ini  berjarak sekitar 2000 tahun cahaya dari bumi.
 Tapi bintang induk itu kian renta. Daya gravitasi terhadap sejumlah  planet yang mengitarinya kian lemah. Melemahnya daya gravitasi itu  menyebabkan sejumlah planet terlepas dan disedot oleh daya gravitasi  galaksi yang lain.
 Satu dari sekian planet di sekitar bintang yang renta itu, ditarik  oleh daya gravitasi Galaksi Bima Sakti. Daya tarik itu menyebabkan  planet itu masuk ke dalam lingkungan Galaksi Bima Sakti. Proses  penarikan itu juga kerap disebut sebagai "kanibalisme" galaksi. Sejumlah  ahli menaksir bahwa proses kanibalisme itu terjadi 6 hingga 9 miliar  tahun silam.
 Planet yang masuk ke Bima Sakti itulah yang ditemukan sejumlah  astronom di Jerman tadi. Lantaran dia berasal dari lingkungan HIP 13004,  maka planet yang baru ditemukan itu diberi imbuhan b menjadi HIP  13004b. Planet ini menjadi "anak kost" di Galaksi Bima Sakti. Ukurannya,  sedikit  lebih besar  dari Yupiter.
 Apa pentingnya temuan planet baru itu buat kita?
 Rainer Klement dari MPIA menuturkan bahwa temuan itu sangat menarik,  sebab inilah pertama kalinya manusia menemukan adanya planet lain di  luar galaksi kita. Temuan itu juga, lanjut Rainer, membuka jalan bagi  para astronom untuk meneliti kelangsungan hidup galaksi Bima Sakti, juga  kelangsungan hidup bumi yang kita huni ini. 
 Para ahli itu menghitung bahwa sekitar lima miliar tahun yang akan  datang, Matahari juga perlahan akan redup. Dia akan memasuki fase  "raksasa merah" yaitu fase di mana kekuatannya meredup dan daya  grativitasinya melemah. Ketika daya gravitasi melemah itulah,  planet-planet yang mengitarinya--termasuk bumi-- "dimangsa"  oleh  matahari atau disedot oleh gravitasi galaksi yang lain.
 “Penemuan ini sangat menarik terutama ketika kita memahami masa depan  tata surya,  bahwa Matahari juga akan berubah menjadi 'raksasa merah'  lima miliar  tahun mendatang," kata pemimpin proyek, Johny Setiawan –  astronom  Indonesia yang juga bekerja di MPIA.
 Lalu mengapa si HIP 13044b itu selamat dan tidak tertelan oleh planet  induknya. Johny memperkirakan lantaran planet itu berotasi lebih cepat  dari planet-planet yang lain. Namun dia tidak akan hidup selamanya,  sebab bintang induk itu akan berkembang dalam tahap evolusi berikutnya.  Saat itulah nanti-- miliaran tahun lagi-- planet ini tertelan.
 Johny setiawan memperkirakan bahwa nanti,  saat Matahari memasuki  fase penuaan dan  menjadi raksasa merah, Bumi mungkin tak akan selamat. 
"Planet-planet dalam, termasuk Bumi, mungkin tidak akan bertahan hidup," kata Johny Setiawan pada SPACE.com. "Tapi Jupiter, Saturnus dan planet-planet luar mungkin pindah mendekat, persis seperti yang kami deteksi."
 "Planet-planet dalam, termasuk Bumi, mungkin tidak akan bertahan hidup," kata Johny Setiawan pada SPACE.com. "Tapi Jupiter, Saturnus dan planet-planet luar mungkin pindah mendekat, persis seperti yang kami deteksi."
Namun, pada akhirnya semua akan binasa. Suatu ketika si Yupiter itu  pun akan tertelan, sebagaimana nasib si HIP 13044b, yang karena datang  dari antah berantah itu kemudian disebut planet "Alien".
 Dipimpin Astronom Indonesia 
 Kita boleh berbangga karena tim penemu planet alien ini dipimpin  astronom Indonesia, Johny Setiawan.Dr.rer.nat.  Meski gemilang di luar  negeri, tak banyak orang Indonesia yang tahu siapa dan sepak terjang  sang astronom.
 Pria kelahiran 16 Agustus 1974 ini bekerja di Max Planck Institute  for Astronomy (MPIA), Jerman. Hebatnya, ia orang non-Jerman yang  dipercaya berkali-kali sebagai ketua tim proyek.
 Ia bergabung sebagai peneliti post-doctoral di MPIA, di Department of  Planet and Star Formation sejak Juni 2003. Di tahun yang sama pula ia  mulai memimpin penelitian di observasi bintang dan planet ESO La Silla.  Selain itu, ia juga bekerja secara khusus di sejumlah projek seperti  ESPRI (Pencarian Planet dengan PRIMA/ Phase-Referenced Imaging and  Micro-arcsecond Astrometry).
 Sebelum penemuan terbaru soal planet alien itu, Johny dan timnya  menemukan sekitar 10 planet baru, meski tak semua dipublikasikan. Pada  2008, misalnya, ia dan timnya menemuka planet yang diberi nama TW Hya b.  Planet tersebut mengelilingi bintang TW Hydrae itu berada di konstelasi  Hydra yang berjarak 180 tahun cahaya dari Bumi.
 Penemuan ini membuat kaget dunia astronomi. Sebab, dalam kurun waktu  12 tahun terakhir,  tak satu pun planet yang muncul dari bintang muda. 
Pada 2005 tim peneliti yang sama juga berhasil menemukan planet ekstrasolar lain yang diberi nama HD 11977 b yang juga memberikan informasi tentang evolusi dari sistem tata surya lain berkaitan dengan eksistensi planet jika bintang induk kehabisan sumber energi.
Sebagai anak asli Indonesia, Johny menguasai bahasa ibu, Bahasa Indonesia. Dan pergaulannya di Eropa membuat ia lancar berbahasa Jerman, Inggris, Spanyol, dan Prancis.
 Pada 2005 tim peneliti yang sama juga berhasil menemukan planet ekstrasolar lain yang diberi nama HD 11977 b yang juga memberikan informasi tentang evolusi dari sistem tata surya lain berkaitan dengan eksistensi planet jika bintang induk kehabisan sumber energi.
Sebagai anak asli Indonesia, Johny menguasai bahasa ibu, Bahasa Indonesia. Dan pergaulannya di Eropa membuat ia lancar berbahasa Jerman, Inggris, Spanyol, dan Prancis.
Selain bekerja di MPIA, Johny aktif memberikan ceramah soal astronomi, baik di Jerman maupun Indonesia.
 Menurutnya, kegiatan sosial dan publik dalam komunitas ilmiah, dan  hubungan antara akademisi, sains maupun non-sains sangat penting artinya  untuk mentransfer ilmu pengetahuan dalam arah horisontal dan vertikal.
 Selain kesibukan sebagai ilmuwan, Johny juga punya hobi memasak. Dia  bisa memasak hampir semua jenis masakan tradisional Indonesia, yang  kerap disajikan untuk kawan-kawannya sesama astronot.
 
 
 
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar